3 Alasan Fatin Layak Menyandang Juara XFI dan Bintang Baru Musik Indonesia
Setelah gelaran X Factor Indonesia usai, serangan para Heters kepada Fatin ternyata belum juga reda. Setelah Fatin dinobatkan sebagai jawara XFI session I, serangan Haters kini lebih mempertajam ke wacana insiden lupa lirik Fatin dan keabsahan Fatin sebagai jawara XFI session I. Dua wacana tersebut diperkuat oleh dua peristiwa penting, yaitu insiden (sedikit) lupa lirik Fatin ketika tampil di acara Indonesian Movie Awards dan pernyataan salah satu musisi senior Hakim Tobing di salah satu media yang menganggap Fatin tidak layak menang atas Novita.
Di lain pihak, Fatinistic, yang terkenal sebagai komunitas fans Fatin yang militan, juga tak mau melihat Fatin diserang kembali. Kotra wacana pun mangalir dari “mulut-mulut” Fatinistic.Bagi Fatinistic, salah lirik tetaplah sebuah kesalahan yang tidak bisa dibenarkan, namun tentunya seorang Fatin yang baru merasakan panggung masih membutuhkan waktu untuk bisa bermetamorfosa menjadi penyanyi yang sempurna tanpa kesalahan lirik (jawaban ini bagi para Heters pasti tidak memuaskan ya? Ah bodo amat, yang menikmati nyanyian Fatinis kan Fatinistik. Ibarat makan nasi kuning, biarpun ada orang bilang nasi kuning itu gak level ama hamburger, warnanya menjijikkan, kampungan, dll. ya terserah dia, kan yang punya mulut gua, yang makan juga gua, klo gua bilang nasi kuning itu enak dan malah lebih sehat dari hamburger, lo mau apa?).
Serangan selanjutnya adalah isu kualitas suara Fatin yang berimbas pada pertanyaan terhadap keabsahan gelar jawara X Factor Indonesia yang disandang Fatin Shidqia Lubis. Seorang tokoh musisi yang menjadi simbol kekuatan wacana para Haters untuk wacana ini adalah musisi senior Hakim Tobing. Kontra wacana untuk isu ini pun tidak kalah gencarnya dilakukan oleh Fatinistic. Beberapa contoh tulisan Fatinistic di Kompasiana mengulas kontra wacana tersebut, misalnya Orang Mars dalam tulisannya yang berjudul Jangan ‘Rampok’ Kemenangan Fatin Shidqia mempertanyakan dasar pemikiran Hakim Tobing terhadap tuduhan tersebut, Nina Mahbubah dalam tulisannya yang berjudul Edukasi Teori Kualitas dari @FatinSL Sang Fenomena mencoba menyadarkan pihak-pihak yang masih memperdebatkan masalah kualitas dengan memberikan logika batasan konseptual apa yang dimaksud dengan kualitas itu sendiri, Lintang Matahari dalam tulisannya yang berjudul Fatinomena Satrategi Baru Pasar Musik 2013 (Mimpi Lebay)! Memberikan deskripsi dari sudut pandang industri musik di era tekhnologi yang menurutnya kemenangan Fatin telah menujukkan tuntutan pasar di era teknologi yang sangatlah berbeda dengan tuntutan pasar di era ketika internet dan sms belum berkembang pesat. Bagi saya sendiri, kesalahan mendasar dari serangan Hakim Tobing adalah logika yang dibangunnya sendiri.Argumentum ad hominem adalah kesalahan berpikir (fallacy of thought) yang lakukan oleh Hakim Tobing. Definisi Argumentum ad hominem adalah upaya untuk menyerang kebenaran suatu klaim dengan menunjuk sifat negatif/kelemahan orang yang mendukung klaim tersebut (Wikipedia.org), bukan esensi kenapa sebuah peristiwa itu bisa terjadi.Dari sini, pembaca bisa menafsirkan sendiri maksud saya tersebut.
Menurut Selo Sumardjan masyarakat merupakan kumpulan individu yang menghasilkan kebudayaan.Oleh karena itu, ada alasan-alasan kultural yang menentukan pilihan masyarakat terhadap masalah tertentu. Begitupun ketika mayoritas masyarakat Indonesia memilih Fatin Shidqia Lubis sebagai ikon baru dalam idola dunia hiburan, pasti memuat alasan-alasan kultural yang jika dibandingkan dengan masyarakat di Negara lain pasti memiliki perbedaan. Atas dasar pemikiran tersebut, Fatin Shidqia Lubis sudah benar dan layak menyandang gelar jawara X Factor Indonesia sission I dan calon bintang besar masa depan di dunia hiburan Indonesia.
Dalam tulisan ini saya menyandingkan 3 alasan utama mangapa seorang Fatin layak menyandang gelar Jawara X Factor Indonesia session I dan sebagai calon bintang besar masa depan di dunia hiburan Indonesia, tentunya dengan catatan Fatin mampu konsisten dan meningkatkan nilai-nilai yang ada saat ini. 3 alasan tersebut adalah:
1. Atraksi Interpersonal Fatin
Atraksi interpersonal adalah daya tarik yang dimiliki seseorang yang mendorong orang lain untuk melakukan tindakan positif dan komunikasi yang baik terhadapnya. Menurut Jalaluddin Rakhmat (Psikologi Komunikasi, 1998:110), makin tertarik kita kepada seseorang, makin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan (atau mengenai—Pen.) dia. Dalam istilah lain yang lebih populer, atraksi interpersonal sangat dekat dengan aura unik yang dimiliki seseorang.
Dari pengamatan Penulis, Fatin Shidqia Lubis memiliki atraksi interpersonal di maksud yang benar-benar baru dan fresh yang mampu mendorong tindakan orang-orang untuk memilih dia dan membicarakan dia di berbagai media sosial. Atraksi Interpersonal Fatin Shidqia Lubis dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu:
a. Daya Tarik Fisik. Tampilan Fatin sebagai remaja berhijab nan cantik dengan keluguan dan sikap unyu-unyu adalah daya tarik tersendiri dan baru dalam dunia hiburan di Indonesia.
b. Ganjaran (Reward). Menurut teori pertukaran social (social exchange theory) tidak ada yang gratis dalam hubungan social. Seseorang pasti mengaharapkan sesuatu atau merasakan sesuatu yang bermanfaat ketika dia berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain. Dalam konteks ini, orang-orang yang mendukung Fatin merasakan bahwa Fatin telah memberikan sesuatu yang baru yang bermanfaat bagi pendukungnya, misalkan dengan adanya Fatin orang-orang tergerak untuk membentuk komunitas pendukung yang dinamakan Fatinistic dimana orang-orang mampu mengintegrasikan dirinya senasib dan seperjuangan dengan orang-orang lainnya. Yang saling mendukung sikap militansinya dan yang membuat satu sama lain seperti saudara.
c. Kedekatan (Proximity). Faktor ini berhubungan dengan pandangan keberadaan sosok Fatin dengan busana hijab dan tertutup lebih merepresentasikan budaya ketimuran masyarakat Indonesia dan diharapkan mampu menjadi antitesis atau penyeimbang dominasi pengaruh model busana dunia Barat yang terbuka di dunia hiburan. Sepertinya Fatin telah dijadikan ikon oleh sebagian besar masyarakat. Walaupun sebelumnya telah ada beberapa artis yang terlebih dahulu mengenakan hijab seperti Inneke Koesherawati, Marshanda, Dewi Sandra, dll. Namun kekuatan lebih Fatin adalah dari awal karir dia sudah berhijab dan yang paling terpenting adalah adanya keterlibatan masyarakat yang memilihnya sebagai ikon idola baru artis yang berjilbab. Maka tidak mengherankan jika keberadaan Fatin malah menjadi inspirasi kekuatan artis lain yang berkarir mengenakan hijab, seperti pengakuan Dewi Sandra di beberapa media online beberapa waktu lalu (baca beritanya di sini).
d. Kemampuan (Competence). Yang lebih penting dari semuanya adalah bahwa Fatin memiliki karakter suara yang khas dan yang mampu membuat para penggemarnya terikat dengannya.
e. Familiarity. Bahwa keberadaan seorang Fatin saat ini bukan lagi sesuatu yang asing. Didukung oleh derasnya wacana dan informasi mengenai Fatin membuat keberadaannya semakin dikenal baik oleh semua orang.
2. Fatinistic
Tidak bisa dipungkiri, lahirnya sebuah komunitas penggemar Fatin yang dikenal dengan sebutan Fatinistic adalah mesin penggerak utama yang dengan semangat gotong royong yang sangat luar biasa telah mampu memberikan dan menggalang dukungan yang memenangkan Fatin sebagai jawara X Factor Indonesia. Bahkan hingga gelaran X Factor Indonesia berakhir, ketika Haters dengan gencar menyerang Fatin dengan isu keabsahan kualialitas, para Fatinistic tetap dengan semangat yang tinggi memberikan pembelaan terhadap idolanya. Fatinistic adalah asset nomer pertama bagi kesuksesan seorang Fatin.
Menyitir isi berita salah satu media online yang mengatakan bahwa Fans club atau komunitas penggemar memang memiliki kekuatan tersendiri untuk membangun dan membuat musisi menjadi terus eksis, fans club terkadang juga menjadi faktor utama kesuksesan musisi didunia musik. Dua fans club terbesar Indonesia, seperti Slanker, merupakan fans club-nya band Slank dan juga Oi (Orang Indonesia) fans club-nya Iwan Fals. Kita tentu sudah sama-sama mengetahui loyalitas mereka terhadap sang artis yang membuat Slank dan juga Iwan Fals sampai detik ini terus eksis di kancah musik Indonesia meski acapkali dilarang tampil oleh pihak keamanan. (sumber: okezone)
3. Haters
Haters merupakan komunitas atau orang-orang yang memposisikan diri berlawanan dengan para fans atau penggemar Fatin. Mereka selalu memberikan wacana-wacana kritis terhadap keberadaan dan setiap penampilan Fatin. Namun keberadaannya mereka sebenarnya justru malah mempertegas eksistensi Fatin dan yang membuat ikatan Fatinistic semakin menyatu kuat.
Mengutip sebuah berita di salah satu media online yang mengatakan bahwa penyanyi Justin Bieber dikenal punya haters segambreng, sampai sekarang karier musik Bieber masih berada di atas awan. Terakhir, penyanyi asal Kanada itu meraih penghargaan tertinggi di Billboard Music Awards. Rupanya, kehadiran haters turut mendongkrak rating seorang artis. Pasalnya, posisi haters juga bisa jadi santapan hangat media (sumber berita: okezone). Oleh karena itu haters merupakan asset berharga kedua Fatin setelah Fatinistic.
Kesimpulan
Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831) melalui filsafat Dialektika mengatakan setiap era dalam sejarah ditandai oleh ide (gagasan) dominan tertentu-sebagai thesa, tetapi setiap era juga mengandung ide tandingan yang berlawanan atau kontradiktif –antithesa, perubahan dialektis dari thesa menjadi antithesa akhirnya akan menghasilkan perumusan ide unggul (dominan) yang baru- sinthesa (Hera Hastuti HM: 2010). Bahasa sederhananya adalah bahwa kesempurnaan itu berkat adanya dukungan dan tentangan. Dalam konteks Fatin, sebagai anak remaja yang baru meniti karir sebagai seorang penyayi dia telah memiliki semua modal yang dibutuhkan untuk menjadi berhasil dan menjelma menjadi seorang bintang besar masa depan di Indonesia; dia memiliki atraksi interpersonal yang khas dan baru, memiliki Fatinistic yang sangat setia mendukungnya, dan mempunyai haters yang juga selalu bersemangat memberikan wacana kritis terhadap Fatin. Tapi pada akhirnya semua bergantung pada Fatin and the team apakah mampu mengolah itu semua atau tidak. Namun saya berharap mereka bisa!
(sumber: http://hiburan.kompasiana.com/musik/2013/05/31/3-alasan-fatin-layak-menyandang-juara-xfi-dan-bintang-baru-musik-indonesia-564919.html)
Setelah gelaran X Factor Indonesia usai, serangan para Heters kepada Fatin ternyata belum juga reda. Setelah Fatin dinobatkan sebagai jawara XFI session I, serangan Haters kini lebih mempertajam ke wacana insiden lupa lirik Fatin dan keabsahan Fatin sebagai jawara XFI session I. Dua wacana tersebut diperkuat oleh dua peristiwa penting, yaitu insiden (sedikit) lupa lirik Fatin ketika tampil di acara Indonesian Movie Awards dan pernyataan salah satu musisi senior Hakim Tobing di salah satu media yang menganggap Fatin tidak layak menang atas Novita.
Di lain pihak, Fatinistic, yang terkenal sebagai komunitas fans Fatin yang militan, juga tak mau melihat Fatin diserang kembali. Kotra wacana pun mangalir dari “mulut-mulut” Fatinistic.Bagi Fatinistic, salah lirik tetaplah sebuah kesalahan yang tidak bisa dibenarkan, namun tentunya seorang Fatin yang baru merasakan panggung masih membutuhkan waktu untuk bisa bermetamorfosa menjadi penyanyi yang sempurna tanpa kesalahan lirik (jawaban ini bagi para Heters pasti tidak memuaskan ya? Ah bodo amat, yang menikmati nyanyian Fatinis kan Fatinistik. Ibarat makan nasi kuning, biarpun ada orang bilang nasi kuning itu gak level ama hamburger, warnanya menjijikkan, kampungan, dll. ya terserah dia, kan yang punya mulut gua, yang makan juga gua, klo gua bilang nasi kuning itu enak dan malah lebih sehat dari hamburger, lo mau apa?).
Serangan selanjutnya adalah isu kualitas suara Fatin yang berimbas pada pertanyaan terhadap keabsahan gelar jawara X Factor Indonesia yang disandang Fatin Shidqia Lubis. Seorang tokoh musisi yang menjadi simbol kekuatan wacana para Haters untuk wacana ini adalah musisi senior Hakim Tobing. Kontra wacana untuk isu ini pun tidak kalah gencarnya dilakukan oleh Fatinistic. Beberapa contoh tulisan Fatinistic di Kompasiana mengulas kontra wacana tersebut, misalnya Orang Mars dalam tulisannya yang berjudul Jangan ‘Rampok’ Kemenangan Fatin Shidqia mempertanyakan dasar pemikiran Hakim Tobing terhadap tuduhan tersebut, Nina Mahbubah dalam tulisannya yang berjudul Edukasi Teori Kualitas dari @FatinSL Sang Fenomena mencoba menyadarkan pihak-pihak yang masih memperdebatkan masalah kualitas dengan memberikan logika batasan konseptual apa yang dimaksud dengan kualitas itu sendiri, Lintang Matahari dalam tulisannya yang berjudul Fatinomena Satrategi Baru Pasar Musik 2013 (Mimpi Lebay)! Memberikan deskripsi dari sudut pandang industri musik di era tekhnologi yang menurutnya kemenangan Fatin telah menujukkan tuntutan pasar di era teknologi yang sangatlah berbeda dengan tuntutan pasar di era ketika internet dan sms belum berkembang pesat. Bagi saya sendiri, kesalahan mendasar dari serangan Hakim Tobing adalah logika yang dibangunnya sendiri.Argumentum ad hominem adalah kesalahan berpikir (fallacy of thought) yang lakukan oleh Hakim Tobing. Definisi Argumentum ad hominem adalah upaya untuk menyerang kebenaran suatu klaim dengan menunjuk sifat negatif/kelemahan orang yang mendukung klaim tersebut (Wikipedia.org), bukan esensi kenapa sebuah peristiwa itu bisa terjadi.Dari sini, pembaca bisa menafsirkan sendiri maksud saya tersebut.
Menurut Selo Sumardjan masyarakat merupakan kumpulan individu yang menghasilkan kebudayaan.Oleh karena itu, ada alasan-alasan kultural yang menentukan pilihan masyarakat terhadap masalah tertentu. Begitupun ketika mayoritas masyarakat Indonesia memilih Fatin Shidqia Lubis sebagai ikon baru dalam idola dunia hiburan, pasti memuat alasan-alasan kultural yang jika dibandingkan dengan masyarakat di Negara lain pasti memiliki perbedaan. Atas dasar pemikiran tersebut, Fatin Shidqia Lubis sudah benar dan layak menyandang gelar jawara X Factor Indonesia sission I dan calon bintang besar masa depan di dunia hiburan Indonesia.
Dalam tulisan ini saya menyandingkan 3 alasan utama mangapa seorang Fatin layak menyandang gelar Jawara X Factor Indonesia session I dan sebagai calon bintang besar masa depan di dunia hiburan Indonesia, tentunya dengan catatan Fatin mampu konsisten dan meningkatkan nilai-nilai yang ada saat ini. 3 alasan tersebut adalah:
1. Atraksi Interpersonal Fatin
Atraksi interpersonal adalah daya tarik yang dimiliki seseorang yang mendorong orang lain untuk melakukan tindakan positif dan komunikasi yang baik terhadapnya. Menurut Jalaluddin Rakhmat (Psikologi Komunikasi, 1998:110), makin tertarik kita kepada seseorang, makin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan (atau mengenai—Pen.) dia. Dalam istilah lain yang lebih populer, atraksi interpersonal sangat dekat dengan aura unik yang dimiliki seseorang.
Dari pengamatan Penulis, Fatin Shidqia Lubis memiliki atraksi interpersonal di maksud yang benar-benar baru dan fresh yang mampu mendorong tindakan orang-orang untuk memilih dia dan membicarakan dia di berbagai media sosial. Atraksi Interpersonal Fatin Shidqia Lubis dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu:
a. Daya Tarik Fisik. Tampilan Fatin sebagai remaja berhijab nan cantik dengan keluguan dan sikap unyu-unyu adalah daya tarik tersendiri dan baru dalam dunia hiburan di Indonesia.
b. Ganjaran (Reward). Menurut teori pertukaran social (social exchange theory) tidak ada yang gratis dalam hubungan social. Seseorang pasti mengaharapkan sesuatu atau merasakan sesuatu yang bermanfaat ketika dia berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain. Dalam konteks ini, orang-orang yang mendukung Fatin merasakan bahwa Fatin telah memberikan sesuatu yang baru yang bermanfaat bagi pendukungnya, misalkan dengan adanya Fatin orang-orang tergerak untuk membentuk komunitas pendukung yang dinamakan Fatinistic dimana orang-orang mampu mengintegrasikan dirinya senasib dan seperjuangan dengan orang-orang lainnya. Yang saling mendukung sikap militansinya dan yang membuat satu sama lain seperti saudara.
c. Kedekatan (Proximity). Faktor ini berhubungan dengan pandangan keberadaan sosok Fatin dengan busana hijab dan tertutup lebih merepresentasikan budaya ketimuran masyarakat Indonesia dan diharapkan mampu menjadi antitesis atau penyeimbang dominasi pengaruh model busana dunia Barat yang terbuka di dunia hiburan. Sepertinya Fatin telah dijadikan ikon oleh sebagian besar masyarakat. Walaupun sebelumnya telah ada beberapa artis yang terlebih dahulu mengenakan hijab seperti Inneke Koesherawati, Marshanda, Dewi Sandra, dll. Namun kekuatan lebih Fatin adalah dari awal karir dia sudah berhijab dan yang paling terpenting adalah adanya keterlibatan masyarakat yang memilihnya sebagai ikon idola baru artis yang berjilbab. Maka tidak mengherankan jika keberadaan Fatin malah menjadi inspirasi kekuatan artis lain yang berkarir mengenakan hijab, seperti pengakuan Dewi Sandra di beberapa media online beberapa waktu lalu (baca beritanya di sini).
d. Kemampuan (Competence). Yang lebih penting dari semuanya adalah bahwa Fatin memiliki karakter suara yang khas dan yang mampu membuat para penggemarnya terikat dengannya.
e. Familiarity. Bahwa keberadaan seorang Fatin saat ini bukan lagi sesuatu yang asing. Didukung oleh derasnya wacana dan informasi mengenai Fatin membuat keberadaannya semakin dikenal baik oleh semua orang.
2. Fatinistic
Tidak bisa dipungkiri, lahirnya sebuah komunitas penggemar Fatin yang dikenal dengan sebutan Fatinistic adalah mesin penggerak utama yang dengan semangat gotong royong yang sangat luar biasa telah mampu memberikan dan menggalang dukungan yang memenangkan Fatin sebagai jawara X Factor Indonesia. Bahkan hingga gelaran X Factor Indonesia berakhir, ketika Haters dengan gencar menyerang Fatin dengan isu keabsahan kualialitas, para Fatinistic tetap dengan semangat yang tinggi memberikan pembelaan terhadap idolanya. Fatinistic adalah asset nomer pertama bagi kesuksesan seorang Fatin.
Menyitir isi berita salah satu media online yang mengatakan bahwa Fans club atau komunitas penggemar memang memiliki kekuatan tersendiri untuk membangun dan membuat musisi menjadi terus eksis, fans club terkadang juga menjadi faktor utama kesuksesan musisi didunia musik. Dua fans club terbesar Indonesia, seperti Slanker, merupakan fans club-nya band Slank dan juga Oi (Orang Indonesia) fans club-nya Iwan Fals. Kita tentu sudah sama-sama mengetahui loyalitas mereka terhadap sang artis yang membuat Slank dan juga Iwan Fals sampai detik ini terus eksis di kancah musik Indonesia meski acapkali dilarang tampil oleh pihak keamanan. (sumber: okezone)
3. Haters
Haters merupakan komunitas atau orang-orang yang memposisikan diri berlawanan dengan para fans atau penggemar Fatin. Mereka selalu memberikan wacana-wacana kritis terhadap keberadaan dan setiap penampilan Fatin. Namun keberadaannya mereka sebenarnya justru malah mempertegas eksistensi Fatin dan yang membuat ikatan Fatinistic semakin menyatu kuat.
Mengutip sebuah berita di salah satu media online yang mengatakan bahwa penyanyi Justin Bieber dikenal punya haters segambreng, sampai sekarang karier musik Bieber masih berada di atas awan. Terakhir, penyanyi asal Kanada itu meraih penghargaan tertinggi di Billboard Music Awards. Rupanya, kehadiran haters turut mendongkrak rating seorang artis. Pasalnya, posisi haters juga bisa jadi santapan hangat media (sumber berita: okezone). Oleh karena itu haters merupakan asset berharga kedua Fatin setelah Fatinistic.
Kesimpulan
Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831) melalui filsafat Dialektika mengatakan setiap era dalam sejarah ditandai oleh ide (gagasan) dominan tertentu-sebagai thesa, tetapi setiap era juga mengandung ide tandingan yang berlawanan atau kontradiktif –antithesa, perubahan dialektis dari thesa menjadi antithesa akhirnya akan menghasilkan perumusan ide unggul (dominan) yang baru- sinthesa (Hera Hastuti HM: 2010). Bahasa sederhananya adalah bahwa kesempurnaan itu berkat adanya dukungan dan tentangan. Dalam konteks Fatin, sebagai anak remaja yang baru meniti karir sebagai seorang penyayi dia telah memiliki semua modal yang dibutuhkan untuk menjadi berhasil dan menjelma menjadi seorang bintang besar masa depan di Indonesia; dia memiliki atraksi interpersonal yang khas dan baru, memiliki Fatinistic yang sangat setia mendukungnya, dan mempunyai haters yang juga selalu bersemangat memberikan wacana kritis terhadap Fatin. Tapi pada akhirnya semua bergantung pada Fatin and the team apakah mampu mengolah itu semua atau tidak. Namun saya berharap mereka bisa!
(sumber: http://hiburan.kompasiana.com/musik/2013/05/31/3-alasan-fatin-layak-menyandang-juara-xfi-dan-bintang-baru-musik-indonesia-564919.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar